Minggu, Mei 24

ANALISIS KESESUAIAN IKLIM UNTUK TANAMAN KOPI DI PROVINSI LAMPUNG

Faktor Iklim memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu komunitas, sejak penentuan lokasi tanam sampai pasca panen. Peta kesesuaian iklim untuk tanaman kopi diperlukan untuk menentukan daerah daerah yang cocok untuk jenis tanaman tersebut, dari sisi iklim, pada jenis kopi tertentu diperlukan curah hujan rata-rata 2000 – 3000 mm pertahun dan adanya paruh kering beberapa waktu.

Untuk daerah propinsi Lampung yang ideal untuk tanaman kopi jenis Robusta dan Arabika (dari sisi klimatalogi) adalah daerah Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan, Tulang Bawang, Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Timur dan Tanggamus bagian barat.


I. PENDAHULUAN

Kopi adalah salah satu komoditi ekspor andalan non migas yang cukup besar kontribusinya terhadap devisa negara, disamping sebagai bahan untuk konsumsi dalam Negeri. Negara-negara, tujuan ekspor kopi adalah Eropa dan Amerika, sementara produsennya adalah negara-negara di benua Afrika, Amerika Latin dan Asia termasuk Indonesia. Untuk memperebutkan pasaran ekspor, faktor kualitas memegang peranan penting disamping faktor promosi dan kontinuitas.

Di bidang agribisnis, faktor iklim memegang peranan penting terhadap keberhasilan suatu jenis komoditi sejak penentuan lokasi untuk komoditi yang akan dikembangkan, selama proses budidaya, dan pada waktu pasca panen, yang kesemuanya berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas komoditi tersebut.

Faktor iklim yang paling dominan di daerah tropik seperti Indonesia adalah curah hujan. Faktor iklim ini variasinya sangat besar terhadap tempat dan waktu. Dalam penentuan kesesuaian iklim untuk suatu jenis komoditi maka faktor curah hujan dijadikan dasar dalam penentuan persyaratan komoditi tertentu di suatu wilayah tertentu yang hasilnya disajikan berupa peta kesesuaian iklim untuk suatu jenis komoditi (peta Agroklimat). Bagi pengusaha bidang agribisnis yang hanya bergerak pada lini paling hilir (hasil), maka peta kesesuaian iklim suatu jenis komoditi akan sangat membantu dalam memburu komoditi yang menjadi andalan usahanya. Mengapa peta tersebut sangat membantu, karena dengan sesuainya komoditi untuk wilayah tertentu, maka faktor waktu berburu selama masa panen dapat terlihat waktu terjadinya sehingga faktor kontinuitas terjamin dan diharapkan dengan sesuainya komoditi tersebut maka faktor kualitas dan kuantitas juga akan terpenuhi.

Tujuan tulisan ini adalah membuat peta kesesuaian iklim untuk komoditi kopi di propinsi Lampung.

II. METODA

Pembuatan peta kesesuaian iklim komoditi kopi di propinsi Lampung didasarkan kepada dua hal yaitu faktor agronomi dalam hal ini kebutuhan air (persyaratan tumbuh) tanaman kopi selama setahun dan faktor iklim dalam hal ini distribusi dan jumlah curah hujan di Propinsi Lampung, data yang digunakan untuk analisis ini selama 20 yahun ( 1976 – 1995 ).

1. Faktor Agronomi

Hujan merupakan faktor yang paiing penting bagi persyaratan tumbuh tanaman kopi setelah faktor ketinggian tempat . Jumlah curah hujan berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan air yang diperlukan tanaman sedangkan waktu hujan atau distribusi hujan selama setahun berpengaruh terhadap proses pembungaan dan pembuahan. Kopi jenis robusa dan arabika sangat peka terhadap kedua faktor tersebut. Kopi umumnya tumbuh secara optimal di daerah yang mempunyai curah hujan 2000 – 3000 mmjtahun. Namun tanaman kopi masih dapat tumbuh pada daerah daerah dengan curah hujan tahunan 1300 – 2000 mm. Bahkan di daerah dengan curah hujan antara 1000 – 1300 mm/tahun kopi masih dapat tumbuh asalkan dibantu pengairannya melalui irigasi, serta penutupan tanah dengan musla untuk mengurangi penguapan. Dengan demikian budidaya tanaman kopi di daerah dengan curah hujan pada kisaran terakhir kurang ekonomis.

Hubungan curah hujan dengan proses pembungaan dan pembentukan buah dapat diuraikan sebagai berikut : pada saat menjelang akhir musim hujan, cabang-cabang primer menghasilkan kuncup bunga. Mula-mula pada ketiak daun tampak adanya kuncup kecil yang diselubungi sepasang daun penumpu (daun pelindung). Pada tiap-tiap kuncup kemudian tumbuh beberapa dasar bunga berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi warna putih.

Setelah tahap tersebut biasanya proses pembungaan istirahat.

Kuncup yang istirahat akan tumbuh kembali setelah ada hujan dan akan menjadi bunga dewasa setelah 7-8 hari. Sila hujan tidak datang calon bunga tidak akan tumbuh dan mekar menjadi bunga dewasa sehingga tanaman akan gagal menghasilkan buah. Bila pada fase ini tidak ada hujan, tanaman kopi perlu diberikan pengairan. tambahan (disiram).

Setelah dewasa, bunga akan segera mekar untuk melakukan penyerbukan untuk melakukan penyerbukan dan bila berhasil akan tumbuh menjadi buah. Pada saat mekar, bunga memerlukan cuaca kering dan tidak ada hujan kurang lebih satu bulan. Bila terjadi hujan biasanya tepung sari akan menggumpal dan bunga menjadi rusak sehingga gagal menjadi buah. Dengan adanya pola pembungaan seperti tersebut diatas, maka daerah-daerah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman kopi robusa dan arabika adalah daerah yang mempunyai pola hujan sebagai berikut:

1. Jumlah curah hujan rata-rata setahun berkisar antara 2000 ­3000 mm.
2. Mempunyai bulan kering/agak kering (curah hujan kurang dari 100 mmjbulan) selama 3-4 bulan. Selama bulan kering tersebut ada pasokan airjhujan dan ada periode kering sama sekali (tidak ada hujan) selama 2 sampai 6 minggu.

2. Faktor Iklim

Distribusi curah hujan yang berbeda disetiap tempat dan waktu memungkinkan kita untuk mengelompokan daerah-daerah kedalam kelompok yang mempunyai pola curah hujan yang sama/mirip sama yang menghasilkan daerah tipe hujan dan curah hujan setahun dengan jumlah tertentu yang menghasilkan isohyet tahunan. Penentuan pola hujan dimulai dengan membuat grafik curah hujan bulanan dari pos-pos pengarnat curah hujan. Graflk tersebut secara visual dibandingkan kesamaannya. pola yang sama dikelompokan menjadi satu yang dinamakan tipe hujan. Dari beberapa pola yang ada maka propinsi Lampung terbagi menjadi 5 daerah tipe hujan.

Untuk membuat isohyet tahunan, curah hujan bulanan tiap daerah tipe dijumlahkan, dan dari jumlah tersebut dibuat distribusi dengan interval 500 mm. Hasil pembagian daerah tipe dan isohyet tahunan disajikan pada peta I.

III. ANALISIS

Hasil analisis curah hujan bulanan rata-rata untuk setiap daerah tipe menunjukan bahwa curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus di daerah tipe V dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari di daerah tipe II. Keadaan curah hujan selengkapnya untuk setiap daerah tipe hujan dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Nilai Distribusi Curah Hujan Rata-rata Bulanan di setiap Daerah Tipe Hujan Propinsi Lampung.
Bulan – bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm umumnya sebanyak 3-4 bulan kecuali daerah tipe I tidak terdapat bulan dengan curah hujan kurang 100 mm (periksa Sheet 2). Secara umum keadaan curah hujan persyaratan tumbuh yang diperlukan tanaman kopi.

Curah Hujan tahunan di Propinsi Lampung berkisar antara 1800 mm (di daerah tipe V) sampai 2500 mm (di daerah tipe II). bila kita membandingkan dengan peryaratan seperti tersebut sangat sesuai dengan persyaratan tumbuh yang diperlukan tanaman kopi.

Curah Hujan tahunan di Propinsi Lampung berkisar antara 1800 mm (di daerah tipe V) sampai 2500 mm (di daerah tipe II). Bila kita membandingkan dengan peryaratan tumbuh tanaman kopi sebagaimana diuraikan pada bagian 2.1., maka hampir seluruh daerah Lampung jumlah curah hujan setahun berada pada kisaran jumlah curah hujan yang diperlukan oleh tanaman kopi, kecuali untuk tipe V curah hujan setahun kurang dari 2000 mm.

Untuk melihat persyaratan lain yang diperlukan tanaman kopi yaitu waktu antara 10 sampai 45 hari dengan keadaan curah hujan yang kering (kurang dari 30 mmjsepuiuh hari) maka dapat dilihat dari hasil analisa curah hujan sepuluh harian untuk setiap daerah tipe hujan (periksa Sheet 3). Dari Grafik tersebut terlihat bahwa curah hujan kurang dari 30 mm/bulan pada daerah tipe I dan II terjadi pada sepuluh hari kedua bulan Juni, daerah tipe In terjadi pada sepuluh hari ketiga bulan Juli sampai sepuluh hari ketiga bulan Agustus, daerah tipe IV pada sepuluh hari ketiga bulan Juni sampai sepuluh hari ketiga bulan Agustus dan didaerah tipe V pada sepuluh hari pertama bulan Juni sampai sepuluh hari ketiga bulan Agustus. Jnilah waktu yang tepat untuk berburu kopi karena saat tersebut adalah waktu terbaik untuk panen kopi.

III. KESIMPULAN

Dari hasil analisis data hujan di propinsi Lampung maka dapat disimpulkan hal­-hal sebagai berikut:

1. Terdapat lima daerah tipe hujan yang menunjukan distribusi hujan bulanan dan jumlah hujan setahun yang berbeda. Dari kelima daerah tersebut dilihat dari jumlah curah hujan tahunan, empat daerah sangat sesuai untuk tanaman kopi dan satu daerah (daerah tipe V) dengan mempertimbangkan jumlah curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun dapat dikategorikan sesuai.
2. Ditinjau dari distribusi curah hujan bulanan, maka daerah tipe I distribusi curah hujan agak merata dan tidak ada bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm/bulan. Hal ini mengurangi persyaratan bulan kering kurang dari 100 mm yang dipertukan tanaman kopi untuk fase pembungaan sampai pembentukan buah. Namun secara tahunan curah hujannya sesuai untuk syarat tumbuh kopi. Kemungkinan dampaknya adalah terhadap kualitas kopi.

Dari analisis data sepuluh harian, dapat disimpulkan bahwa waktu­-waktu terbaik untuk panen kopi di daerah tipe I dan tipe II adalah pada bulan Juni, di daerah tipe III dan tipe IV pada bulan Agustus, dan di daerah tipe V pada bulan Juli.