Rabu, Maret 17

Mensyukuri nikmat yang Allah Subhana Wa Ta'laa berikan.

Dikisahkan, seorang kakek berusia 70 tahun mengidap sebuah penyakit; dia tidak dapat kencing.
Dokter mengabarkan kepadanya kalau dia membutuhkan operasi untuk menyebuhkan penyakitnya.
Dia setuju untuk melakukan operasi karena penyakit itu telah menimbulkan sakit yang luar biasa selama berhari-hari. Ketika operasi selesai, dokter memberikan tagihan pembayaran seluruh biaya operasi. Kakek tua itu melihat pada kuitansi dan mulai menangis. Melihatnya menangis dokter pun berkata kepadanya bila biayanya terlalu tinggi mereka dapat membuat pengaturan lain.

Orang tua itu berkata, ”Aku tidak menangis karena uang itu, tetapi aku menangis karena Allah menjadikanku buang air (tanpa masalah) selama 70 tahun dan Dia tidak pernah mengirimkan tagihan. ”Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
”(QS Ibrahim [14] : 34)

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menjelaskan mengenai ayat tersebut di atas:
Allah memberitahukan, bahwa manusia tidak akan mampu menghitung berapa banyak nikmat Allah, apalagi mensyukurinya.

Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
”Ya Allah bagimu segala puji, pujian yang tidak mencukupi tidak mungkin ditinggal-kan dan selalu dibutuhkan, wahai Rabb kami.”

Dan diriwayatkan dalam sebuah atsar bahwa Nabi Dawud alaihis salam berkata:
“Ya Rabb, bagaimana aku dapat bersyukur kepada-Mu, sedangkan syukurku kepadamu itu adalah nikmat-Mu kepadaku?” Maka Allah berfirman: ”Sekarang engkau telah bersyukur kepadaku wahai Dawud.” Maksudnya (engkau telah bersyukur) ketika engkau telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat memenuhi syukur yang sepatutnya kepada Pemberi nikmat.

Sungguh, jika kita menghitung nikmat-nikmat Allah pada diri, maka takkan sanggup kita menghitungnya. Dan yang seringkali terjadi, kita melupakan nikmat-nikmat itu, dan baru terasa begitu berharga ketika kita kehilangan nikmat tersebut.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
”Segala puji bagi Allah yang tidak dapat dipenuhi syukur atas salah satu nikmat yang telah diberikan-Nya itu, kecuali dengan nikmat baru yang harus disyukuri pula.”
(tafsir Ibnu Katsir QS Ibrahim : 34)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar